berdirinya MTs (Madrasah Tsanawiyah)

Posted by Admin Minggu, Juni 05, 2011, under |

Berdirinya sekolah MTs berawal dari kepedulian dan sifat militansinya para dewan guru dalam memajukan pendidikan di lingkungan pesantren. Adalah H. Abdul Jalal (Tokoh Masyarakat), H. Hasan Bisri (Menantu KH Sulaiman Afandi) dan Abdul Aziz (Putra Kiai Imam SyafI'i) ketiga guru tersebut yang mula-mula mempunyai gagasan mengenai berdirinya MTs. Gagasan tersebut tidak dibiarkan hanya sekedar gagasan tapi mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan pendidikan tingkat lanjutan setelah MI, dengan persiapan argument-argumen yang matang dan terencana serta mencari momen yang tepat kemudian gagasan tersebut dikomunikasikan (sowan) kepada KH. Afandi dan KH. Syamsuddin (Gus Syam) sebagai dewan penerus Kiai Istad, karena kedua Kiai tersebut memang sangat peduli dengan dunia pendidikan, gagasan tersebutpun tidak dipersulit alias direstui, bahkan demi suksesnya pendirian MTs ini semua santri Pondok Pesantren Miftahul Qolbi (saat ini Miftahul Qulub) pada mulanya diwajibkan mengikuti kegiatan belajar di MTs ini sehingga tidak terjadi kekosongan kelas pada tahun-tahun pertama.

Setelah gagasan itu direstui, kesempatan mendirikan MTs inipun tidak disia-siakan dengan gerak cepat disiapkanlah beberapa infrastruktur mulai mempersiapkan perlengkapan administrasi sampai melobi para guru dari SMPI Dinoyo agar bersedia meluangkan sebagian waktunya untuk menj adi tenaga pengaj ar di MTs Tawar yang akan didirikan.

Dengan izin Allah tepat pada Tanggal 6 Juni tahun 1983 Madrasah Tsanawiyah Miftahul Qulub berdiri dan diresmikan KH. Ahmad Syamsuddin beserta jajaran dewan guru, para Kiai sertatokoh masyarakat, pada tahun ajaran yang pertama tercatat sebanyak ~^4 anak yang terdaftar sebagai siswa lembaga ini. Adapun siswa MTs yang pertama kali antara lain:

1. Nur Muhammad (santri pondok asal Mojokarang Dlanggu)
2. Parman (santri pondok asal Made Pacet)
3. Syuhada' (santri pondok asal Mojolebak Kutorejo)


Sebagai lembaga pendidikan formal yang berada dilingkungan pondok pesantren maka ciri khas kepesantrenan tidak boleh dihilangkan mulai dari pakaian yang laki-laki diwajibkan pakai celana panjang, baju sopan dan memakai kopyah sedangkan yang perempuan juga harus memakai jilbab. Demikian juga dengan mata pelajaran harus sinergi antara pelajaran agama dan umum sehingga menskipun MTs sebagai lembaga pendidikan formal namun materi kitab kuning tetap dimasukkan di antaranya adalah kitab Ajurumiyah (kitab mempelajari gramatika arab) dan Ta'lim (kitab mempelajari mengenai akhlaq seorang siswa) serta kitab-kitab lain, hal ini karena keberadaan MTs Miftahul Qulub mempunyai ikatan emosional dengan pesantren Miftahul Qolbi (sekarang Miftahul Qulub) di bawah asuhan KH Ahmad Syamsuddin. Akhirnya sesuai kesepakatan keluarga kedua nama lembaga tersebut digabung menjadi satu dengan nama Miftahul Qulub. Pada saat itu selaku sebagai kepala sekolah di jabat oleh H. Abdul Jalal sedangkan dewan Guru di antaranya adalah:

1. KH. Mashul Isma'il (Kemasantani Gondang)
2. H Abdul Jalal (Urung urung Bening)
3. H Hasan Bisri (Menantu Kiai Afandi)
4. Bapak Sugiantoro (Jetis Sumberagung)
5. BapakGhufron (Dinoyo Jatirejo)
6. Kiai Abdul Salam (Putra bapak Karim)
7. Abdul Aziz (Putra Kiai Imam Syafi'i)

Perjalanan lembaga baru ini meski bisa dibilang lancar tapi bukan berarti tanpa ada kendala, pada tahun pertama kendala yang dialami adalah mengenai pendanaan untuk biaya operasional termasuk untuk honor guru yang telah didatangkan dari sekolah lain, hal ini wajar karena saat itu hanya mengandalkan pemasukan keuangan dari SPP 24 siswa yang nominalnya tidak terlalu besar. Meski mengalami masalah dana namun tidak sampai menyurutkan semangat untuk menjaga eksistensi lembaga MTs tersebut. Akhirnya dengan pendapat yang cemerlang dari Bapak H. Hasan Bisri berupa dilakukannya subsidi silang dengan MI dengan cara mengalihkan saldo keuangan MI untuk mendukung kebutuhan financial MTs untuk memberi honor para guru yang didatangkan dari luar sementara para guru yang masih kerabat dengan ikhlas tidak me ndap atkan honor. Dan karena belu m mepu nyai gedung sekol ah sendiri maka kegiatan belajar mengajarpun gedungnya bergantian dengan MI, yang MI masuk pagi sementara yang MTs masuk siang.